parpol

parpol

garansi

Menang Pemilu Tidak Harus Mahal...Kuncinya: Kenali diri, kenali lawan maka kemenangan sudah pasti di tangan,..Kenali medan pertempuran,kenali iklim maka kemenangan jadi sempurna...Garansi:Menang Bayar, kalah Tidak Usah Bayar....

Sabtu, 05 November 2011

Survei Pesanan atau Bukan

Beberapa hari lalu beberapa lembaga (Sugeng Saryadi Syndicate, LSI dan Reform institut) secara berturut-turut mempublikasikan hasil survei terakhir mereka tentang pendapat masyarakat terhadap tokoh politik dan partai politik.
Publikasi tersebut banyak menimbulkan pertanyaan di masyarakat. Hal ini disebabkan hasil survei dari tiga lembaga tersebut berbeda-beda. Padahal ketiga lembaga survei melakukan survei masih dalam rentang waktu yang tidak berbeda. Selain itu, hasil survei dari tiga lembaga tersebut dinilai sangat menggiring opini untuk mendukung pihak atau tokoh tertentu.
Adanya fenomena tersebut, masyarakat jadi bertanya-tanya, apakah hasil survei tersebut merupakan hasil survei PESANAN atau memang murni hasil survei?
Untuk menjawab hal ini,  beberapa waktu lalu wartawan RCTI meminta pendapat saya soal pertanyaan tersebut.
Untuk menjawab pertanyaa tersebut, kita bisa menilai suatu survei dari dua hal. Pertama, soal siapa sponshor dari survei tersebut. Kedua, soal metodologi surveinya.
Selama ini, sebagian pihak sering melihat survei hanya dari sisi siapa sponshor. Mereka berpendapat bahwa survei yang dibiayai oleh pihak tertentu pasti hasilnya akan mendukung pihak sponshor. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Sebab, survei yang dilakukan dengan metodologi yang benar hasilnya tetap akan sama walaupun disponsori oleh pihak manapun. Survei yang benar adalah seperti sebuah cermin atau potret. Dia akan mengungkapkan apa adanya.
Sebaliknya, bila survei dilakukan dengan metode yang  salah walaupun disponshori oleh dana publik maka hasilnya juga salah (cenderung mendukung tokoh atau pihak tertentu).Sebab bagi pihak seperti kami adalah hal yang biasa melakukan survei atas pesanan atau permintaan dari pihak tertentu (kandidat, partai atau swasta lainya). Walaupun kami diminta oleh pihak kandidat, kami selalu melakukan survei dengan kaidah ilmiah yang ketat. Sebab, kami harus memberikan hasil survei yang sebenar-benarnya:putih dikatakan putih,hitam dikatakan hitam.
Dengan landasan berpikir seperti diatas maka bila suatu survei dengan metodologi yang benar dan dilakukan dalam kurun waktu yang sama maka seharusnya hasilnya tidak berbeda alias sama. Oleh sebab itu, hal ini menunjukan bahwa memang hasil survei diantra ketiga lembaga tersebut ada yang salah. Kesalahan mungkin muncul dari pihak pelaksanan survei yang sengaja ingin menyenangkan pihak sponsor. Atau kesalahan dari  pelaksanan survei yang tidak-sengaja salah dalam menerapkan metodologi.
Untuk membuktikan kesalahan yang mana yang dilakukan oleh lembaga tersebut hanya bisa diketahui melalui secamam “audit” metodologinya. Kita harus mengetahui bagaimana metode pengambilan sampel yang mereka gunakan, bagaimana kuesionernya, bagaimana penerapan metodenya dilapangan dan bagaimana olah datanya. Bila kita bisa menjawab audit metodologi surveinya kita akan bisa memastikan semua pertanyaan yang muncul diatas. Salam.

Dendi Susianto
Direktur LKPI